Sabtu, 27 April 2019

teknik mengurangi sasaran deselerasi


Dalam analisis pengubahan tingkah laku, terdapat dua teknik untuk mengurangi sasaran deselerasi yaitu,
Reinforcement
Reinforcement dapat pula disebut sebagai “ganjaran” (Indreswari, 1993). Pada umumnya, individu menganggap bahwa reinforcement diartikan sebagai sesuatu yang positif saja, pada hal reinforcement sendiri, dibedakan menjadi dua yaitu positif reinforcement dan negatif reinforcement. Sebelum membahas mengenai reinforcment positif dan negatif, terlebih dahulu membahas mengenai definisi reinforcement itu sendiri. Reinforcement atau penguatan menjadikan individu untuk mengulangi perilaku yang sama di masa depan dalam situasi yang sama. Miltenberger (2012) ada tiga hal pokok dalam penguatan yaitu menimbulkan perilaku tertentu, diikuti dengan konsekuensi langsung, dan menghasilkan penguatan perilaku karena dilakukan berulang di masa depan.
Godwin dan Coates (1976), penguatan merupakan alat pengganjaran yang dirancang untuk menarik perhatian siswa, yang bernilai, baik dari segi kegiatan maupun diri sendiri. Lebih lanjut Godwin dan Coates, menyatakan reinforcement diberikan diberikan segera setelah perilaku dan dalam intensitas yang sering, ketika keterampilan baru sedang dipelajari; setelah perilaku yang diinginkan ditetapkan, penguatan hanya diberikan pada intensitas tersebut, setelah respon yang benar telah dibuat; guru secara bertahap bergeser ke penguatan yang tak terduga (bonus) sehingga perilaku baru yang diperoleh dapat dipertahankan untuk waktu yang cukup lama tanpa umpan balik secara terus menerus; dan terakhir yang paling penting, untuk memperkuat langkah kecil ke arah yang benar.
Reinforcement (penguatan) adalah suatu proses dimana suatu perilaku sasaran diperkuat (yaitu, meningkatkan frekuensi, durasi, atau besarnya) sebagai akibat dari efeknya dalam memproduksi konsekuensi tertentu. Penguatan menggambarkan kontingensi dimana presentasi kontingen akibatnya meningkatkan kemungkinan terjadi di masa depan perilaku. Reinforcers termasuk kepuasan konsekuensi yang efektif untuk meningkatkan kekuatan perilaku.
Reinforcement ada dua yaitu positif dan negative
Reinforcement positif
Miltenberger (2012), penguatan positif, meliputi munculnya perilaku, yang diikuti dengan peningkatan intensitas stimulus, yang menghasilkan penguatan perilaku. Sedangkan penguatan negatif, meliputi munculnya perilaku, yang diikuti dengan penurunan intensitas stimulus (stimulus aversif atau sesuatu yang tidak menyenangkan), yang menghasilkan penguatan perilaku. Stimulus yang dimaksudkan berasal dari lingkungan sosial atau fisik.
Schloss dan Smith (1994), positif reinforcement memperkuat perilaku melalui hubungan yang kontingen dengan konsekuensi memuaskan. Siswa belajar untuk tes karena hasil yang baik akan mendapat pujian dari lingkungan sosial dan orang tua. Pujian dan keistimewaan merupakan hal yang memuaskan yang dapat meningkatkan perilaku belajarnya di masa depan. Atlit profesional berlatih dengan rajin untuk kejuaraan karena berharap dapat menjadi juara dan mencapai kesuksesan, hadiah berupa uang dan pengakuan publik.

Reinforcement negatif
Schloss dan Smith (1994), negatif reinforcement memperkuat perilaku melalui hubungan yang kontingen melibatkan pemindahan atau pengelakan dari kejadian yang tidak memuaskan.

Punishment
Penghukuman merupakan pemberian stimulus yang tidak menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera perilaku peserta didik yang tidak dikehendaki.
Seperti reinforcement, punishment dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara perubahan stimulus. Punishment positif terjadi ketika penyajian stimulus (atau peningkatan intensitas stimulus sekarang yang sudah ada) segera setelah hasil penurunan frekuensi perilaku. Punishment negatif melibatkan penghentian stimulus sudah ada (atau penurunan intensitas stimulus yang sudah ada) segera setelah perilaku yang mengakibatkan penurunan frekuensi perilaku di masa depan.




DAFTAR PUSTAKA

Miltenberger. 2012. Behavior Modification: Principles and Procedures 5th Ed. USA: Wadsworth, Cengage Learning.
Godwin, D.L dan Coates, T.J. 1976. Helping Students Help Themselves: How You Can Put Behavior Analysis into action in Your Classroom. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Soekadji, S. 1983. Modifikasi Perilaku: Penerapan Sehari-Hari dan Penerapan Profesional. Yogyakarta: Liberty.
Indreswari, H. 1993. Analisis dan Pengubahan Tingkah Laku. Malang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan IKIP Malang.
Schloss, P.J. & Smith, M.A. 1994. Applied Behavior Analysis in the Classroom. Boston: Allyn and Bacon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar